Sadarkah kamu bahwa video-video yang kamu tonton di Facebook ataupun Youtube seringkali dikemas dalam format cepat (hyperlapse)? Selain agar lebih ngirit space, juga agar lebih menarik. Nonton lima menit video tutorial saja kita sudah bisa tau sepuluh macam DIY. Jika suka videonya, tinggal klik like, share, atau save buat jaga-jaga siapa tau nanti kepengen bikin yang seperti itu (walaupun pada kenyataannya terlupakan). Awalnya memang hanya iseng buka satu video, kita pikir ah paling sebentar ini gak nyampe lima menit. Gak taunya setelah satu video selesai, muncul video berikutnya yang mirip-mirip tapi judulnya menarik. Gak terasa dua jam habis cuma untuk nonton video. Setelah itu, kita kembali ke rutinitas.
Tanpa kita sadari, keputusan kita untuk menonton video-video tersebut dilakukan tanpa berpikir panjang. Walaupun terkadang kita senang melihat proses, tapi sebenarnya kita lebih penasaran dengan hasil akhir. Bahkan jika video itu panjang atau kelamaan prosesnya, tanpa ragu kita klik fast-forward hingga ke tampilan akhir. "Oh...ternyata kaya gitu...", adalah kalimat yang sering kita ucapkan di dalam pikiran. Jarang kita mengulang video yang sudah ditonton. Ibarat buka puasa dengan sop buah porsi besar. Awalnya terlihat sangat menggiurkan. Disantap langsung dalam sekejap habis tak bersisa. Begitu disuruh sebutin buah apa aja tadi yang dimakan hanya mampu ingat empat atau lima buah saja, selebihnya lupa. Kalau disuruh ngulang makan sop buah lagi, ogah karena sudah kenyang. Tapi kalau ditawari gorengan, mau juga deh nyomot barang dua biji. Padahal belum sepuluh menit tapi perut udah begah kekenyangan.
Kembali lagi ke video. Video yang dipercepat terlihat lebih menarik daripada yang biasa. Berkat mudahnya teknologi, kita bisa melakukan banyak hal dalam waktu yang singkat. Yang kita lihat di layar, semua memang serba cepat. Namun demikian, rutinitas yang kita jalankan bergerak dengan kecepatan biasa (biasa disini maksudnya biasa lambat). Misalnya, kita bekerja 8 jam sehari. Mulai dari hari Senin saja kita sudah agak malas karena terpikir kemacetan yang bakal membuat pergerakan kita jadi lambat. Sampai di kantor kita lambat mengingat-ingat apa saja yang terakhir dikerjakan dan apa yang belum. Lambat-lambat kita mulai bekerja, walaupun mata sering melirik ke jam menghitung sisa waktu menuju makan siang. Cara bekerja seperti ini sangat membosankan. Mungkin saking bosannya, kita sengaja menunda. Sampai ketika pekerjaan sudah menumpuk atau mendekati deadline, baru kita sibuk dan stress. Baru deh kita mulai bergerak cepat, kita fast-forward cara bekerja kita. Mata yang tadinya ngantuk jadi terpaksa melek. Disinilah mulai terasa semangat energi. Kita tau bahwa kita mesti mempercepat proses agar sampai ke hasil akhir, persis seperti video yang dipercepat.
Bekerja lebih cepat terasa lebih bersemangat. Sebenernya kita tidak hanya bisa mempercepat video yang kita lihat di dunia maya, tapi kita juga bisa mempercepat "video kita" di dunia nyata. Misalnya, mulai dari pekerjaan kecil, seperti mengelap meja, bisa kita lakukan dalam waktu 1 menit. Tidak perlu berlama-lama yang penting goal-nya tercapai. Jika sudah dimulai, energi yang muncul akan semakin besar. Kita jadi tambah semangat untuk mengerjakan hal-hal lainnya. Trik ini membuat pekerjaan kita lebih efisien, lebih produktif, mengurangi galau dan baper, yang pasti kita lebih puas dan pede sama diri sendiri.
Jadi, jangan berpikir terlalu lama. Lakukan apa yang menurutmu penting untuk dilakukan...dan lakukan itu dengan cepat! Hap hap hap! :-)
Tambahan: Dua artikel berikut mungkin bisa jadi inspirasi kamu:
Artikel 1 -> 35 Tips Tokcer Agar Kamu Produktif, Serta Bisa Kerja Dengan Cepat dan Efisien
Artikel 2 -> Cara Membedakan Pekerjaan Penting, Kerjaan Mendesak, dan Kerjaan Nggak Penting